Kamis, 13 Oktober 2011

MUBLIGH ATAU DA’I BAYARAN

Keberadaaan Mubaligh bayaran sudah meresap dalam adat masyarakat kita, dimana jika ada Hari Besar Islam akan ada anggaran untuk biaya bayar mubalignya. Ada kematian, ada perkawinan, Ulang Tahun, Khitanan, arisan, Walimatus Safar dan lain-lain selalu ada acara ceramaan yang tentu saja membayar seorang Mubaligh.

Harganya variasi ada yang tak pasang tarif dalam arti berapa dikasihnya diterima, tapi ada yang harus lewat management dimana harus menaruh panjer dimuka kemudian baru atur jadwal, hal ini karena padatnya dan larisnya sang penceramah dan dikelola dengan profesional seperti artis atau selebritis sehingga tarif sudah dipasang dan melalui nego manajer.

Ada juga penceramah yang tak minta duit didepan tetapi tetapi dapat dari kotak infaq yang diedarkan dan dibagi dengan panitia sedangkan prosentasi tergantung perjajian. Bagi yang lebih pandai lagi, bikin acara di TV maka puluhan juta rupiah sekali tampil langsung masuk kantong. Tradisi ini sudah mendarah daging dikalangan masyarakat awam, sehingga kegiatan dakwah tak lepas dari anggaran. Artinya jangan harap  masyarakat akan dapatkan nasehat agama denagan grstis.

MUBALIGH PROFESIONAL MENJADI CITA – CITA

Kini dipusat pendidikan Islam baik Madrasah atau Pondok Pesantren, Universitas yang ada jurusan Dakwah selalu di targhibkan atau diberi semangat agar menjadi Da’i Profesional dalam arti menjadi Mubaligh terkenal dengan tarif tinggi. Sehingga menjadi Da’I profesional menjadi incaran para pelajar agama. Sebagai bukti diadakanlah PILDACIL pemilihan Da’i Cilik yang diperlombakan seperti Artist dengan hadiah yang menggiurkan.

Kehebatan bicara menjadi andalan para Mubaligh Profesional bukan amalan rohani atau sempurnanya agama dalam dirinya yang akan menjadi asbab hidayah bagi seluruh alam. Sebagaimana Syech Yusuf Ra memberitahu : Barang siapa yang menambah sifat-sifat Islam (amalan Agama) dalam dirinya maka Allah SWT akan gunakan menjadi Asbab Hidayah.


BAYARAN YANG KEBABLASAN

Ada seorang mubaligh tak datang ke suatu masjid yang telah menjadwalkanya Kotbah dalam shalat Jum’at. Ia mengirim penggantinya yang baru belajar. Ketika ditanya kemana sang Mubaligh? Maka dijawab : Sedang ada order ceramah yang lain yang mendadak waktunya bersamaan. Dan setelah diusut ternyata bayaran ceramahnya lebih besar dari masjid yang sudah menjadwalkanya.

KARENA TUJUAN BUKAN LAGI BERDAKWAH MURNI AKAN TETAPI UANG YANG MENJADI HASIL AKHIR MAKA DIA BERANI MENGKHIANATI PERJANJIAN YANG SUDAH DISUSUN SELAMA SETAHUN OLEH DKM.

v  Ada seorang mubaligh ketika diajak Dakwah jamaah Tabligh dengan cara meninggalkan anak istri, untuk mendatangi tempat yang jauh di pedalaman dengan harta dan diri sendiri maka dia katakan : “Saya sudah berdakwah di masjid-masjid, ceramah, jadi tak ada waktu untuk dakwah seperti itu!!.”
Maka seorang berkata : “Benarkah Anda berdakwah? Coba jika Anda tak dibayar ketika selesai ceramah apakah Anda akan datang lagi?” Mubaligh itupun diam.

v  Seorang Ustadz mengajar rutin disuatu Masjid di Jakarta, selesai mengajar, orang yang biasa bertugas memberi uang tidak ada, sedang berhalangan. Minggu berikutnya ia ngajar lagi dan uang itipun belum dikasihkan maka ketika minggu ketiga uang yang diberikan hanya untuk minggu itu saja maka iapun protes : “Bayaran saya yang dua minggu sebelumnya belum dibayar!” (Ini Kisah Nyata Lho).

Karena selalu dibayar saat meyampaikan agama maka jadilah uang tujuan dalam berda’wah. Jumlah uang sudah terbayang-bayang saat berangkat ngajar. Tak sedikit mubaligh yang sudah punya pekerjaan/toko masih saja menjadikan bayaran ceramah sebagai pemasukan tambahan.

Belum lagi ada ustadz setiap ceramahnya bawa buku yang dia tulis dan menawarkanya dalam ceramahnya dengan targhib agar pendengarnya beli. Ada juga yang memanfaatkan mencari dana buat majlis ta’lim/musholla yang diasuhnya sambil ceramah, apalagi dikantor-kantor. Banyak kantor pemerintah atau swasta yang mengadakan pengajian siang hari saat dhuhur, bayar ustadz bergantian yang menghabiskan anggaran besar. Tetapi banyak karyawan yang tak perduli, mereka bubar sehabis sholat dan korupsi tak bisa ditanggulangi,perselingkuhan dsb tetap berjalan.

Karena merasa sudah bayar sama ustadz maka ummat tak mau tahu, mengamalkan ajaranya atau tidak. Padahal terkadang sang penceramah membicarakan tentang ikhlas, sementara mereka sendiri mengharapkan bayaran dari ceramahnya.


AMPLOP MENJADI PEMBICARAAN DALAM DAKWAH

v  Seorang Mubaligh kondang di Jakarta dalam ceramahnya membicarkan amplop yang akan diterimanya dengan logat Betawinya :
“Tuh lihat !! PILDACIL saja  yang anak-anak dibayar 5 juta masa saya yang udeh bangkotan ini bayaranya kalah sama PILDACIL.”

v  Yang mengatakan : “Jangan kasih amplop sama saya, saya tak butuh amplopnya tapi saya butuh duitnya.”
Ada juga yang mengatakan : “Terus apa enggak nih ceramahnya?” Maka para pendengar langsung teriak : “Teruuuusss!!” Maka sang penceramah ngomong: “Kalo terus tambahin dong amplopnya.”

PERSIAPAN MATERI CERAMAH SEBELUM DAKWAH BUKAN AMALAN

Da’i  “Profesional” Sebelum ceramah maka persiapanya adalah materi ceramah, dipikirkan konsep ceramah yang akan disampaikan kadang disesuaikan dengan kesenangan uidiens. Misalnya jika ceramah didepan pejabat jangan sampai menyinggung, mengatur pembicaraan yang menyenangkan hati mereka.

Jika acara Mi’raj atau Maulid maka materi disuaikan dengan acara. Apalagi acara perkawinan, kematian dll. Masing-masing penceramah memiliki Joke-joke khusus yang disukai oleh audiens.
Karena kesibukan ceramah sering tak ada dirumah yang akhirnya lupa menata keluarga sendiri. Ada seorang Mubaligh anaknya terlibat Narkoba bahkan sampai menemuai ajal, bahkan cucunya pun ikut mati karena Narkoba. Penampilan istri tidak terfikirkan, bahkan Istri tak berjilbab. Karena uang yang jadi tujuan maka cara menyampaikanya agama pun tak pernah dipikirkan lagi syari’atnya.

Lihatlah para Mubaligh di TV mereka dipandu oleh presenter yang lawan jenis,saling tatap, solah tak ada apa-apa lagi.


KEBATHILAN DALAM MASJID DAKWAH TANPA RUH

Sesuatu yang menjadi adat, lama kelamaan akan menjadi biasa atau rutinitas. Amal agama yang jadi adat maka lama kelamaan akan kehilangan Ruh sehingga tak mencapai hakekat amalan dan hasil tak tampak. Lihatlah rutinitas shalat jum’at dan acara pengajian rutin bulan Ramadhan sebelum Tarweh ada ceramah dari ustadz maka yang disibukkan adalah panitia, bagaimana caranya bisa bayar ustadz itu dan sibuk membahas Infaq yang didapat dari Sholat Jum’at dan taraweh. Tak berpikir umat jadi baik amalanya.

Diumumkan terus berapa kotak Infaq dan terus perintah Umat agar bayar Infaq, agar bisa bayar penceramah. Lihatlah hasilnya maka setiap jum’at diberi ceramah tak ada kesan dan sebulan diceramahi tak membawa hasil nyata.

Nafsu orang Islam setelah puasa malahan meningkat 100 kali lipat, dia hari raya mereka bersalam-salaman dengan yang bukan muhrimnya dan mereka fikir lebaran dengan fikir orang tak beriman, bukan dengan fitrah yang diinginkan agama artinya siap terima perintah alloh dalam suasana apa pun.

ANEKDOT

Ada anekdot yang mengatakan lebih hebat mana antara Penceramah sekarang dengan sopir bis medan?

Lihatlah jika para penceramah menyampaikan khutbahnya maka pendengarnya akan tidur, dalam arti penceramah mengingatkan orang kepada Allah sedangkan orang yang diingatkan malahan lupa kepada Allah.

Sedangkan sopir bis medan, sambil mabuk menyupir dengan ugal-ugalan tetapi penumpangya malahan berzikir : Astagfirullah, Masa Allah….juga saat tikungan tajam, stir dibanting maka mereka istigfar jika bebas dari maut langsung mengucap Alhamdulillah.

Dia mabuk tetapi bisa membawa orang ingat Alah sedangkan muballigh sekarang mengitkan orang kepada Allah SWT tetapi orang malahan lupa kepada Allah SWT.


MEMIMPIKAN MASJID TANPA MEMBICARAKAN UANG

Di setiap sholat Jum’at perayaan hari besar Iaslam, Maulid, Isra Mi’raj bahkan Iedul Fitri dan Iedul Adha maka sebelum penceramah naik mimbar pasti diumumkan soal keuangan, baik kas masjid maupun kas panitia penyelenggara.

Hal inilah seolah benar merupakan tanggung jawab panitia terhadap orang banyak. Padahal perkara ini adalah hal bid’ah mengumumkan soal keuangan di Masjid. Rasa tanggung jawab boleh jadi diwujudkan dalam bentuk tulisan ditempel di papan pengumuman Masjid,tak harus diumumkan didepan mimbar solah itu perkara utama dan harus dibayar.

Banyak orang datang ke Masjid ingin merunah suasana dari keduniaan yang sudah mereka rutin lakukan sehari-hari, kepada suasan akherat yang murni membicarakan agama. Berita soal duit sudah banyak di Radio, Koran dan Televisi, mereka di Masjid ingin dengar berita akherat tapi tak juga terwujud, bahkan sang khotib terkadang menjelek-jelekan orang yang sedang mengamalkan agama dengan mengutip hadits yang mendukung mencari kemulian dunia yang berlebihan, mereka mengatakan : “Islam pun butuh ekonomi, harus menguasai teknologi, jangan di Masjid terus dsb.”

Sekularisme paham kebendaan taluh masuk ke dalam Mesjid. Sehingga para DKM hanya berpikir bangunan Mesjid bukan amlaan Nabawi agar hidup kembali. Mereka sibuk menghias kubah, keramik, dll. Seolah yang dinamakan DKM yang megurus hal-hal tersebut diatas, merupakan wujud memakmurkan Masjid. Mereka menyangka bahwa dengan merubah fisik akan banyak orang pergi ke Masjid. Hal ini keliru terlihat sekarang ini ketika Masjid sudah mewah tetapi jemaahnya hanya datang di hari Jum’at saja. Sholat subuh 6 orang paling banyak 2 shof dari 10 shof yang tersedia.

Orang bisa pergi ke Masjid semata karena hidayah Allah SWT dan hidayah tak ada hubungan dengan benda tetapi hidayah berhubungan dengan asbab hidayah yakni kerja Dakwah atas manhaj Nabi SAW. Masjid Nabi SAW tak ada lampu selama sembilan tahun, bangunannya dari pelepah kurma, orang Badui jika turun dari gunung langsung kencing di Masjid Nabi Saw karena tak bisa membedakan antara Masjid dengan jamban. Tetapi pisik Masjid Nabawi yang jelek menjadi asbab hidayah bagi seluruh alam. Karena hidupnya amalan yang diinginkan Nabi Ibrahim ketika pertama kali membangun Ka’bah Baitullah.

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha kuasa lagi Maha Bijaksana. (Al Quran-129).

Beliau Nabi Ibrahim As menginginkan Masjd yang hidup 4 amal : Dakwah, Ta’lim eatulum, Dzikir Ibadat, dan Khidmat. Bukan Masjid yang memperhatikan fisik banguna sedangkan amalan tak dipikirkan.

MUALAF IKUTAN CARI DUIT

Kini orang masuk Islam langsung jadi penceramah. Harusnya dia belajar agama sama kita-kita yang sudah Islam duluan, tetapi sekarang mereka yang ngajarin agama sama orang Islam yang dari kecil. Fenomena ini terjadi karena melihat ada kesempatan untuk ngetop dan cari duit lewat ceramah agama. Ini disebabkan orang Islam senang cara dakwah sistem ceramah dan pengajian-pengajian akbar, maka mencari figur-figur yang laku dijual  agar bisa mengumpulkan uang orang banyak. Target pokoknya buat ngumpulin orang banyak, tidak mau tahu hidayah turun atau tidak, ummat baik atau tidak. Padahal terbukti pengajian akbar yang dihadiri terkadang ribuan orang pada pagi harinya sholat subuh hanya 6 orang bahkan panitinaya terkadang kesiangan.

Mualaf digunakan untuk ceramah, tadinya niatnya baik untuk memacu mualaf tadi semangat belajar agama dan memancing orang kafir masik Islam. Tetapi  dalam perjalannya kebablasan, keenakan jadi penceramah sehingga sudah cukup mengerti agama, bahkan menganggap orang Islam yang butuh dia. Maka mereka jauh dari ulama yang Kholish dan sibuk ceramah setiap hari dan tak sempat Ishlah. Lebih berbahaya lagi merek berkumpul jadi bikin organisasi Khsusus Mualaf, ada yang berdasarkan Suku, Ras. Misalnya Mualaf China, Mualaf Batak dsb. Mualaf terbentuk firqah-firqah dan sulit terbentu Ummat.

Kalau pengurusnya paham tentang Islam yang Kholish sih mungkin organisasi itu akan dibawa kepada Jamaah Islam seluruh dunia yang tidak dibatasi teritorial apapun dalam Islam dan kerja Dakwah berjamaah Ijtimat bersama-sama Ummat Islam seluruh dunia. Tetapi jika tidak ada pemahaman agama yang betul, organisasi sebagai tujuan akhir, sebagai kesejahteraan anggota dalam arti dunia dan sibuk cari dana, cari proyek ceramah dan di akhir ceramah cari dana dsb. Terciptalah cara Da’wah yang merupakan hasil inovasi, seolah bermanfaat bagi umat padahal tidak ada tuntunannya dari Rasululloh SAW. Mualaf terbentuk kasta-kasta dalam Islam dan tarif Ustadz sesuai kelas.

Mereka seperti asap, tergantung expose media dan tidak bertahan lama di masyarakat. Ada yang tenar cepat, VCD laris, dipanggil disana-sini, cerita makar, pemurtadan, pengalaman Ruhani tetapi ummat cepat bosan dan sekarang tak ada lagi.

Ada seorang muallaf masih muda dahulu mengaku bekas pendeta sekarang sibuk ceramah di sana-sini, kalau ceramah tentang jeleknya agama Kristen dan kelemahannya. Padahal dia sendiri jauh dari sunah Nabi dan sholatnya belum betul. Ketika seorang memberitahu tentang Da’wah nabi SAW dia menolak dan tak mau terima. Dia Islam tetapi belum menyerahkan diri bahkan Islamnya karena ada keuntungan buat dia.

Da’wah muallaf kebanyakan menjelekan agama yang dahulu dianutnya sebelum Islam. Ulama beritahu Da’wah Nabi SAW tak pernah menjelek-jelekan agama lain, apalagi mebicarakanya. Orang islam lebih banyak mendengar Injil. Misalnya agama Kristen mereka punnya dasar hukum Dogma selain perjanjian lama dan baru. Setiap 25 tahun Injil direvisi, sehingga kritiksn terhadap Injil menjadikan Injil sempurna. Para Ulama beritahu jika kebathilan selalu diceritakan maka kebathilan itu akan tersebar.

Jika topik ceramah tentang Kristen terus, tentang Yesus terus, maka lama-lama akan tersebar. Lihatlah sekarang Ummat Kristen jumlahnya naik 600 persen. Ini banyak terjadi di Negara Melayu atau Negara Islam yang sering menjelekan Kristen. Padahal di negara kafir sendiri mereka telah meninggalkan agama mereka sedikit demi sedikit dan mulai meneriama Islam, Justru disana para Ulama mereka tak pernah menjelekan Kristen tetapi menampilkan Islam yang benar dan Da’wahkan sebagaimana Nabi SAW Da’wahkan tak ada inovasi. Di Norwegia kini setiap kota ada masjid padahal tahun sembilan puluhan jumlah Masjid hanya hitungan jari.


AZAZ AGAMA SEKARANG ADALAH UANG

Seorang yang menikah dan memiliki istri yang cantik. Ketika hendak dinikahi sang istri mengatakan : “ Wahai suamiku aku begitu sayang kepadamu jika aku menjadi istrimu maka aku akan berkhidmat kepadamu aku akan melayanimu dengan baik, berdandan, bercanda, menyiapkan makan minum, bahkan memandikan dan merawat kamu wahai suamiku dengan penuh perhatian seluruh cintaku habis kuberikan kepadamu. Tetapi aku hanya minta satu permintaan kepadamu, izinkanlah aku sekali saja berzina dengan tetangga kita.”

Maka kira-kira mau gak suaminya menerima? Tidak mungkin mau. Begitulah Allah SWT tidak mau disekutukan, tidak mau ada makhluk pun bersanding dengannya. Seorang Raja tidak mungkin mau duduk di singgasana yang disampingnya ada babi, jangankan babi, kuping babi diletakan di sebelahnya saja orang tidak mau.

Hari ini pejuang agama telah kehilangan tawajjuh kepada Allah bahkan berani mengatakan : “ Tidak  mungkin agama bisa berjalan tanpa uang.” Semua perjuangan agama disandarkan pada uang sehingga sibuk cari dana bangun Masjid ngecrek di jalan, di tol, cari dana bahkan terkadang minta sama orang kafir dengan bikin proposal dsb. Mau mengirim tenaga Jihad harus cari dana dipintu tol dsb. Maka hal ini menunjukan yakin yang fasad  bahwa agama butuh uang tak beda dengan Qorun dengan hartanya.

 Syech Inamul Hasan rah a mengatakan : “Orang yang berjuang dijalan agama sedangkan ia yakin agama terbentuk dengan harta maka ia musuh agama.”
Ada orang berkata : “jika kamu melihat keihklasan para penceramah coba sekali-kali jika mereka ceramah jangan dibayar maka kira-kira mereka akan  datang lagi apa tidak? Kalau datang lagi dan terus istiqomah berarti Lillah, jika tidak maka jelas Bisnis Oriented.”


DA’I MINTA BAYARAN HANYA KEPADA ALLAH

Seluruh Nabi mengatakan :
“Aku tidak minta upah kepad kalian, ganjaranku hanya kepada Allah taala.”
Saba 47. Katakanlah : “Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Ketika Da’a menerima duit dari Mad’u (orang yang diberi da’wah olehnya) maka kebebasan bicara sudah terbatasi. Dai akan ikut selera mad’u, amar ma’ruf tidak Kolish lagi bahkan berusaha senangkan Mad’u, tak jarang kehidupan Da’I diawasi dsb.


WARNING BUAT PARA PANITIA

Sebenarnya yang paling menyuburkan Da’wah cara bayar ini, adalah Panitia-Panitia acara Hari Besar Islam atau pun DKM masjid. Orang Jawa bilang Pakewuh kalau tidak mengasih uang sama Ustadz. Padahal pada sholat Jum’at seorang Ustadz harus tetap sholat jika tidak jadi Khotib, tetapi kenapa pas jadi Khotib malah dibayar, perlu dipikirkan?

“Ikutilah orang yang tidak minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Yasin: 21)

Ayat ini sebagai warning bagi orang yang menerima Da’wah atau Mad’u supaya memahami bahwa target Dakwah adalah Hiadyah bukan menyelesaikan Rutinitas acara. Jika target kita sudah tahu maka cara harus seusai dengan Rasulullah SAW yang memahami maksud agama ini. Adkah Rasuulllah SAW dan para sahabat R ha mengambil upah dari ceramah, Khotib Jum’at dan lainya.

Adakah diumumkan di mimbar Rasulullah SAW sebelum sholat Jum’at bahwa yangn bertindak sebagai Khotib dan adalah Rasulullah SAW dan muadzinya Bilal? Kalau begitu siapa yang kita ikuti sekarang?


MODIFIKASI BAHASA

Sebagaimana orang sekarang memodifikasi bahasa agar terlihat lebih sopan, misalnya pembantu / babu jadi Pramuwisma. Bahkan hal yang negatif seperti pelacur dirubah menjadi Pramuria dsb.

Hari ini pembayaran Ustadz dirubah bahasanya menjadi TRANSPORTASI USTADZ. Kalau Cuma transportasi kenapa harus Ratusan ribu atau sampai Jutaan. Bahkan banyak Ustadz yang tadinya miskin, menekuni Profesi Ustadz jadi mapan dan kaya, punya Mobil. Dan hampir tak ada Ustadz mau datang dengan transportasi doang. Kelihatannya masuk akal kita sudah pakai waktu Ustadz maka kita menggantikanya dengan uang karena Ustadz tak sempat cari dunia.

Tetapi kita jangan menghinakan Ustadz-ustadz dengan memberikan bayaran setelah ceramah dan disaksikan orang banyak, hendaklah kita perhatikan kehidupan Ustadz yang benar berkhidmat kapda Agama sehingga tak da waktu lagi buat dunia dan berjuang kholish untuk Agama, berani korban juga harta bukan hanya menerima melulu tetapi daipun memberi buat Agama.


KASIHAN DA’I ATAU KASIHAN MAD’U

Banyak orang bilang apalagi Ibu-ibu : “Kasihan Ustadznya sudah capek ngajar, kita kasih duit.” Sebenarnya kalau hakekat agama dipahami. Maka yang kasihan sebenarnya orangnya bukan Ustadznya ia mengajrkan agama kepada orang Islam, bahkan berdakwah menyebarkan agama maka sudah pasti Syurga ditanganya kalau Ikhlash. Kalau orang akheratnya sudah keliatan baik, maka bau-bau syurga akan terasa didunia.

Sebagaimana orang berjalan menuju padang pasir maka hawa  panas sudah terasa dijalanan, begitu juga orang yang akan pergi kepuncak gunung belum sampai  kesana maka hawa sejuk telah dirasakan diperjalan. Oran g mengerjakan amalan Syurga pasti hidupnya akan bahagia baik ada uang maupun tidak ada uang.

Agama jadi rusak, ketika kita menstandarkan kehidupan ini dengan materi. Orang kaya akan menganggap Ustadz hina, karena kebanyakan ustadz miskin. Sehingga mereka merasa berjasa telahmembagi duit kepada ustadz dan megeluarkan keyakinannya kepada Ustadz bahwa manusia bahagia kealu ada duit.

Ustadz dikasihani, ini keliru. Dan ketika seorang ingin jadi Mubaligh atau Ustadz mestinya dia sudah punya kesiapan untuk hidup susah mengikuti Safussalin. Bahkan penderitaan, kelaparan merupakan pakaian hidupnya. Lagian karena ia Da’I maka hubungannya dengan Allah dekat sekali dan hanya dengan amalan agama dai akan mampu menurunkan Rezeki untuk keperluan hidupnya, sebagaimana para sahabat.


AZAZ DAKWAH ADALAH AKHERAT

Kalau tak yakin akherat jangan jadi ustadz. Ajakan dakwah Nabi SAW adalah kepada kampung akherat bahkan Allah berfirman :

“Allah menyeru (manusia)ke Darusslam (surga). (Yunus 25).”

Ustadz yang tak yakin akherat maka dia paham bahwa apa yang dikerjakan adalah sebuah kejayaan, tak lagi terkesan denganbenda dan duit.

Ayat Al Qur’an yang menyatakan :

“Siapakah yang lebih baik Qoulan/ucapanya (Maulab Saad menapsirkan Dienan/Agama/Ama) daripada orang yang menyeru manusia kepada Allah. (Fushilat :33).”

Adakah didunia ini yang lebih hebat daripada kerja Dakwah?  Belum lagi hasits-hadits Nabi yang menjanjikanganjaran Akherat.

·      Barang siapa yang menunjuki seseorang kepada kebaikan maka akan mendapatkan pahala sebaimana orang itu tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.
·      Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.
·      Barang siapa yang memudahkan langkahnya menuju majlis Ilmu maka Allah SWT akan memudahkanlangkahnya menuju syurga.


MEMUPUK SIFAT MALU KEPADA RASULULLAH DAN PARA SAHABAT

Ulama adalah pewaris nabi, maka bukan hanya Ilmu yang di warisi tetapi keadaan Ummat ketika ditinggal oleh Rasullah SAW adalh warisan syurga. Pada saat Nabi wafta beliu meninggalkan ummat dalam keadaan mengamalkan agama seratus persen.
Sehingga turun ayat :

“Hari ini kusempurnakan untuk kamu agama kamu.(almaidah:3)

Allah SWT tidak berfirman :

“Hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamaku.”


TAMSIL

Bila seseorang diberikan sebuah mobil TAXI untuk digunakan mencari nafkah maka setelah kunci diberikan, Orang yang menyerahkan kunci berkata : Hari ini TAXI mu sudah kuberikan. Karena kelalaian TAXI itu hilang maka siapakh yang salah? Tuan-tuan agama telah Allah SWT serahkan sebagai amanat kepada kita dan Rasulullah Muhamad SAW telah berhasil menjaganya dengan sempurna.

Setelah beliau wafat maka Ummatnya telah diangkat jadi Da’I untuk menjaga kesempurnaannya :

“Katakanlah Muhamad : inilah jalanKu dan jlan orang yang mengikutiku yakni menyeru manusia kepada Allah SWT.” (Yusuf:108)

Bahkan ummat ini mendapat gelar Ummat terbaik bukan Teknologi, Politik, Ekonomi dsb tetapi karena azaz kerja Amar Ma’ruf Nahi Mungkar untuk tetap menjadikan agama sempurna.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang  yang fasik.”(Ali Imran : 110)

Jadi jika malu kepada Rasulullah Muhamad SAW ketikamelihat keadaan Umat saat ini, ibarat bangunan atapnya sudah dibawah, dingding kanan kirinya sudah bertukar dsb. Seandainya Rasulullah Muhamad SAW melihatnya beliu akan menangis, hatinya terluka karena sifat beliau :

“Barangkali engkau Muhamad akan binasakan dirimu melihat manusia tidak beriman.” (Assyura:3)

         Ironisnya : Untuk membawa manusia kepada Agama yang Haq yang akan membuat manusia  bahagia dunia akherat maka nabi rela dikencingi, dicaci, dipukuli, diusur dsb. Bahkan ada yang digaruk-garukan besi hingga terkelupas semua kulitnya, ada Nabi yang digergaji terbelah menjadi dua dsb. Sementara para pewaris Nabi setelah Da’wah dilempari Amplop oleh Mad’u.

Seorang Alim besar/ahli Fatwa/Qodhi disuatu kota telah jatuh sakit, maka Abu Hatam Rah a telah melewati kota itu dan menjenguknya.

Melihat kememahan hidup Ulama itu Abu Hatam Rah a tercengang dan beliau bertanya kepada ulama itu :“Darimana tuan belajar agama?
Dia katakan : “Dari para ulama pakar”
Abu Hatam Rah a : “Para pakar belajar darimana?”
Qodhi itu : “Dari para sahabat.”
Abu Hatam Rah a : “Para sahabat belajar darimana?”
Qodhi : “Dari Rosulullah SAW”
Abu Hatam Rah a : “Kalau begitu adakah Rosullah SAW mengajarkan untuk hidup dalam kemewahan seperti ini, bagai kehidupan Raja?
Qodhi : “tidak!!”

DAKWAH TANPA JALAN KELUAR

Saksikanlah akhir dari setiap Dakwah yang dilalkukan para Mubaligh adalah “ Mari kita tingkatkan Taqwq. Mari kita menjaga ketakwaan, mari kita tingkatkan Iman.” Seperti orang yang sedang persentasi obat rambut dan mengatakan bahwa rambut yang sehat adalah rambu yang akarnya kuat, tidak berketombe dan berwarna hitam.

Pada saat itu pendengar sudah menunggu bagaimana cara wujudkan ketiga perkara tersebut agar rambut menjadi sehat. Ketika ditunggu-tunggu hasil akhir uraianya adalah : “ Saudara-saudara ingin rambutnya jadi bagus, tidak berketombe dan akarnya sehat?.

Pedengar manggut-manggut lalu sang presentator mengatakan : “ Kalau begitu mari kita jaga rambut kita dan mari kita tingkatkan kesehatan rambut kita”. Anehkan? Bagaimana bisa tingkatkan mutu rambut tidak diberi tahuk kalau Cuma perintah menjaga sih kita orang sudah tau, terus caranya gimana?.

Sekarang ini pengajran agama buntu, dimana akhir dari ceramah yang bagus-bagus adalah hanya sekedar anjuran atau ajakan untuk jaga ketaktawaan. Padahal umat sudah dengar uraian bagaimana indahnya hidup dalam takwa tinggal bagaimana caranya, kalau Cuma anjuran menjaga ketakwaan semua orang juga tahu. Beda dengan sahabat nabi bila berdakwah maka orang yang didakwahi bertanya mau diajak kami olehmu? Mereka menjawab : “Kunuu Mitslana, jadilah kamu seperti kami!!, Orang yang didakwahi tahu akan seperti apa yang diajarkan oleh seorang Da’i.

Kalau sekarang tidak! Penceramah habis ceramah pulang kerumah dan orang awam tidak lagi bersama Ulama sehingga tidak tahu maksud ajaran para penceramah dan akhirnya menafsirkan sendiri-sendiri.

Seorang kafir Eropa telah mendalami Islam dari buku. Akhirnya karena kekaguman terhadap ajaran Isalm yang meyebarkan salam dan segala Ibadat akhirnya iapun masuk Islam. Saatnya ia pergi kenegeri yang mayoritas Islam, di Arab saat ia beri salam tidak ada orang yang menjawab. Datang kenegeri Melayu yang mayoritas Islam maka ia melihat wanita tidak menutup aurat, maka ia heran bukankah dalam ajaranya Islam wanita harus ditutup habis.
Maka ia pulang dan murtad kembali dan katakan : “Islam ada dalam buku sedangkan muslimin sudah mati semua!!”

BUKAN DA’I TETAPI MADU

Yang dinamakan Dai’I adalah orang yang menjadikan Da’wah maksud hidup, sehingga meninggalkan segala kesenangan untuk Da’wah. Dan ciri dari seorang Da’I adlah mendaangi Ummat sebagaimana Rasulullah SAW dalam ayat :

“Dan tidaklah datang seorang Rasul kepada mereka melainkan mereka memperolok-olok. (Yasin: 30).

Jadi Da’I datang bukan didatangi, lalu jika ada  seorang Da’i menunggu panggilanuntuk ceramah maka hakekatnya dia bukan Da’i tetapi Mad’u yakni orang yang didakwah. Banyak saat ini penceramah kalau ada panggilan baru ngomong agama, merasa sudah berdakwah, padahal tidak pernah mendatangi Ummat untuk mengajak kepada Allah dan Rassulnya.


PEMURTADAN AKIBAT DAKWAH TIDAK BERMANHAJ

Di Indonesia sudah murtad 15 juta orang Islam dan lihatlah banyak kampung Islam seperti di Cianjur telah berubah jadi Kristen di Cirebon juga demikian. Secara indifidu banyak orang Islam murtad. Artist Nafa Urbach, Nurafni Oktavia dan beberapa artis yang pernah masuk Islam kembali murtad.

Seorang pemilik perusahaan televisi Grundig yakni Haji Amid telah tiga kali pergi Haji tetapi murtad juga, Aktivis-aktivis bahkan Mubaligh diVCDkan dalam peyaksian pemurtadan. Di internet beredar Video tobatnya para aktivis Islam termasuk FPI mengakui Yesus dsb. Mengapa hal ini bisa terjadi? Di jaman Nabi telah ada contoh bahwa kemurtadan terjadi karena perkara dunia semata, sebagaimana suami Ummu Habibah Rha yang hijrah ke Habsyah, telah murtad ditawari harta dan kekuasan. Artinya dakwah yang ada tidak menurunkan hidayah, bukan hanya orang kafir tidak dapat hidayah tetapi orang Islam yang adapun murtad dari Islam. Setiap hari ribuan uamat Islam diseluruh dunia murtad. Di Bangladesh karena 40 wanita dari Itali pergi 1 tahun kesana dan buat dakwah Kristen maka 200.000 telah murtad. Di Brazil keturunan Arab disana nama Islam tetapi telah pakai kalung salib.

Ummat lagi digerogoti tetapi para Mubaligh lagi menciptakan Inovasi untuk mengenalkan dirinya kepada ummat dengan Joke yang meyenangkan telinga, lucu sehingga hasil akhir dakwah mereka adalah pujian : “Wah!! Penceramahnya bagus, penceramahnya keren, penceramahnya lucu dsb. Tidak ada orang kafir terkesan masuk Islam mendengar Dakwah para Mubaligh, mereka menganggap Mubaligh sama dengan selebriti hanya sekedar hiburan saja.


MINKUM MAY YURIDUD DUNYA WA MINKUM MAY YURIDUL AKHIRAH


Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki Akherat .” (Surat Ali Imran :152)

Bayangkan kisah ini terjadi para perang uhud dimana terjadi perbedaan jasbah atau niat para sahabat. Ketika pasukan panah tidak boleh turun oleh Rasulullah SAW sebelum ada perintah Rasulullah SAW, tetapi sahabat yang berada diatas bukit tidak mentaatinya karena ghonimah-ghonimah berserakan. Maka niat berubah menjadi dunia, pada saat itu langsung pertolongan Allah dicabut sehingga gigi Rasulullah SAW patah. Bila dalam perjuangan agama, niat para pejuangnya berbeda tidak sama sebagian inginkan dunia dan sebagian inginkan akherat maka tidak ada pertolongan Allah SWT.

Begitulah hari ini niat sebagian Mubaligh ingin ambil uang dari masjid atau dari jemaah  dan sedangkan niat mad’u untuk mendengar agama karena Allah SWT maka tidak nyambung tidak ada bantuan Allah SWT. Sehabis mendengar ceramah, nonton TV, komentari bola dsb, ibu-ibu sibuk shoping, tidak ada usaha mewujudkan apa yang didengarnya dari sang Mubaligh.


TAMSIL

“Seperti petani sehabis mendengar penyuluhan, biarpun yang memberi Mentri Petanian tetapi setelah mendengar penyuluhan mereka tidak mau turun kesawah, berbecek-becek. Keringatan, nguras tenaga mencakul, maka mereka tidak akan merasakan panen. Begitulah ummat kalu tidak mau Mujahadah kmenganalkan apa yang disampaikan sang Mubaligh, pulang kerumah, nonton TV dll. tidak akan ada hasil amalnya.”

BILA DAKWAH TIDAK MEMBAYAR MUBALIGH

Kita mestinya membayangkan bagaimana agar Da’wah kembali seperti zaman Nabi SAW. Suatu masakan jika cara gorengnya berbeda akan menghasilkan rasa yang berbeda. Cara mengolah ummat dan memberitahu mereka adalah awal yang membentuk ummat. Semakin banyak cara dakwah, dengan musik, dengan sinetron, dengan pengajian akbar, dengan majalah-majalah, buku-buku dsb. Menyebabkan perpecahan dalam ummat Islam.

Agama bertujuan menyelamatkan manusia dari adzab Allah SWT dan itu hanya bisa terjadi kalau kehidupan manusia ada hidayah. Sedangkan hidayah datang hanya dengan satu cara yakni CARA DAKWAH yang pernah dijalankan baginda Rasulullah SAW. Dan cara dakwah cara satu-satunya mendatangkan hidayah sebagaimana memandang hanya satu cara dengan mata, mendengar hanya satu cara yakni dengan telinga, maka agama hanya wujud dengan cara dakwah yang pernah dibuat Nabi SAW dan para sahabat Rhum.

Cara modifikasi tidak ada janji dari Allah dapat memperbaiki Ummat dan tidak ada janji ganjaran :

“Barang siapa yang beramal bukan dariku (Nabi SAW) maka akan tertolak.”

Ciri Dakwah Nabi :
1.      Diantar  (Kalau Rasulullah SAW diantar Allah SWT dan para sahabat diantar oleh Nabi SAW sehingga dakwah berjamaah bukan sendiri-sendiri).

“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kamu berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidaklah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesunggunya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orangorang yang bertakwa. Maka tidajlah kamu memikirkanya.” (Surat Yunus : 109)

2.      Tidak minta bayaran
Katakanlah : “Upah apapun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanya dari Allah dan Dia Maha Mengetahui.”

3.      Mendatangi umat
“Tiada datang seorang Rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokannya.” (Yasin : 30)

Sedangkan Nabi SAW membuat empat Bi’ah kepada sahabat sehingga sahabat menjadi asbab Hidayah seluruh alam.

a.      Bi’ah dakwah yaitu menjadikan 100 persen sahabat Da’i. tidak semua sahabat alim, tidak semua sahabat hafidz tetapi semua sahabta Da’i. orang miskin, kaya, perempuan, laki-laki, orang lumpuh, orang buta, semuanya Da’i.

b.      Menginfakan harta, sahabat miskin atau kaya semuanya diperintahkan berinfak. Justru disaat mereka kekurangan mereka tetap mendahulukan kepentingan agama.

c.       Tahamul Musyaqot, tahan terhadap penderitaan. Kesabaran dalam penderitaan, bayarannya akan dapatkan Allah sedangkan orang yang dapat nikmat kemudian bersyukur akan ditambah nikmatnya yakni akan mendapatkan benda sehingga sahabat pilih kesusahan dalam agama.

Syech Abdul Wahab berkata : Aj Musyaqote kal ko bagho bahar ban ke samne aingge (Kesusahan hari ini untuk agam adalah kesengan yang tidak ada taranya di hari esok.

d.      Hijrah yakni : Seluruh sahabat nabi berhijrah untuk sebarkan agama. Ada dua hijrah yang dikenal para sahabat yakni : Hijrah Battah dan Hijrah Badhiyah (Hijrah selama tidak kembali lagi seperti ke Madinah atau hijrah sementara untuk menyebarkan atau pertahankan agama seperti jamaah yang dihantar oleh Rasulullah SAW).

Nabi SAW juga mengajarkan Dakwah dengan cara :
1.      Bergerak, semua sahabat diperintahkan bergerak, bahkan aib jika ada sahabat daiam dirumah, sehingga makam-makan mereka tersebar di seluruh alam.

2.      Ijtima’iat, sahabat Nabi Dakwah berjamaah tidak nafsu sendiri-sendiri, Dakwah sesukanya kalo dipanggil baru Dakwah, tidak sahabat bersatu dengan muslimin seluruh dunia dengan misi sama yakni menyebarkan hidayah seluruh alam.

Berbeda dengan sekarang Dakwah dikerjakan hanya oleh Ustadz-ustadz atau intelektual dan mereka anggap dakwah harus punya ilmu seperti mereka sehingga ummat tidak mau tahu lagi tanggung jawabnya sebagai da’i penerus Rosulullah SAW.

Selain itu penceramah walaupun hebat pandai, bergelar Da’i semilyar Umat tetapi sendiri, tidak bisa menghilangkan kebathilan tetapi jika bersatu maka akan bisa kalahkan  yang bathil. Perbedaan lain dakwah sekarang yaitu nunggu dipanggil, tidak bergerak, sehingga kalah cepat dengan yang meyebarkan kemaksiatan.

Kalau lihat jamaaah bergerak masuk kampung, terkadang para ustadz menghalangi dengan seribu cara dengan mengatakan :

“Dakwah perlu ilmu, ngapain meninggalkan anak istri, Dzholim, pikirkan kampung sendiri jangan sok dakwah dikampung orang, jangan masuk sini karena sini garapan saya dan semua kritikan untuk jamaah dakwah yang ikhlas tidak minta bayaran.”

Sehingga masyarakat terpengaruh dan ikut mengusir jamaah padahal sang Kyai atau Ustadz sendiri tidak pernah memikirkan keselamatan orang dikampungnya, tidak pernah mendatangi rumah-rumah untuk mengajak sholat berjamaah untuk ta’lim, untuk baca Al Qur’an, mereka hanya dinasehati dari mimbar dan tidak semua orang hadir.

Paling-paling ustadz hanya mengatakan : “Salah sendiri tidak mau datang ngaji.”

Para ustadz sibuk mempertahankan pengaruhnya dikampung, tidak mau menghinakan diri datang kerumah-rumah ngajak orang. Bahkan yang terjadi sang ustadz berharap orang kampung yang memikirkan dunia dia. Panggil dia kalau ada kawinan, sunatan, kematian, begitu aja terus…sampai kapan ya Allah?


CARA BELAJAR AGAMA YANG KELIRU

Seorang ustadz yang bermukin di Jeddah berkata :
Hari ini belajar agama sudah berbeda cara dengan Nabi SAW di Universitas atau madrasah umumnya sekolah agama dengan cara “ :

1.      Duduk diatas kursi dan meja yang tinggi tidak dilantai sebagaimana kebiasan ulama.

2.      Tidak berwudhu terlebih dahulu sebagaimana kebanyakan di Institut atau Universitas Islam, tidak ada penekanan dalam hal ini.

3.      Bercampur baur antara perempuan dan laki-laki seperti di IAIN atau UIN.

Sehingga karena empat perkara inilah maka akan timbul tiga perkara pada orang belajar.

1.      Duduk dikursi meyebabkan mereka sombong ketika jadi ustadz dan tidak tawadhu terhadap ummat tidak mau mendatangi ummat, maunya didatangi.

2.      Tidak berwudhu menyebabkan ilmunya tidak berkah sehingga ilmunya tidak bisa diamalkan. Jangankan oleh orang yang mendengar ceramahnya oleh dirinya sendiri atau keluarganya saja tidak bisa diamalkan. Berapa banyak ulama keluaran Universitas Islam atau Institut, Istri dan anak perempuannya tidak menutup aurat walaupun pandai tafsir.

3.      Berbaur antara perempuan dan laki-laki meyebabkan kehilangan rasa malu saat jadi ulama. Tidak malu lagi berhadapan dalam majlis ibu-ibu dan berbicara dengan wanita bukan mahram.


PERBEDAAN TUGAS ULAMA DAN UMMAT ANTARA ZAMAN SAHABAT DENGAN ZAMAN SEKARANG

Di zaman sahabat dakwah merupakan kerja ummat, semua muslimin pada saat itu adalah da’i atau Muslim = Da’i. Sementara ulama-ulama memahami Agama untuk menjadi Mufti yakini memberikan fatwa kepada ummat dan berda’wah bersama-sama umat untuk membentengi mereka dari kesalahan sebagaimana ayat :

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara beberapa orang  untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Attaubah: 122)

Berbeda dengan sekarang, Ulama berda’wah dari mimbar ke mimbar sedangkan Ummatnya berfatwa tentang isi ceramah para Ulama. Bahakan terkadang Ummat berani membuat statmen sebelum ulama bicara hukumnya. Misalnya tentang “goyang ngebor” ummat mengeluarkan pendapatnya sendiri melawan Qoul Ulama.

Hal ini terjadi karena Ulama telah mengambil Alih tugas umat dan tidak memerintahkan ummat untuk mengerjakan tugasnya yakni berdakwah. Ketika orang awam atau ummat buat kerja da’wah maka langsung mencelanya dam mengatakan “Kalian tidak berilmu tidak boleh da’wah.


CIRI KERJA DA’WAH PARA NABI
1.      Semua nabi di hantar sebagai Da’i atau bukan abid memimikirkan sendiri.

2.      Semua Nabi mendatangi Ummat bukan didatangi atau menunggu Ummat datang.

3.      Da’wah para Nabi tidak meminta upah keduniaan.